Ingin Disukai Orang? Jangan Menjadi Pelawak!

Jangan menjadi pelawak jika kamu ingin menjadi orang yang disukai. Cari cara yang santun. Kenapa? Karena tidak semua orang suka ketawa, tidak semua orang suka lelucon dan tidak semua orang suka dengan profesi ente yang mengundang tawa tersebut.



Lho bukankah pelawak itu berjasa, membuat orang sedih menjadi gembira, merubah kegundahan menjadi keceriaan. Iya sih, tapi pelawak yang ane maksud di sini adalah mereka yang suka melucu dengan membodohi publik dalam banyak acara talk show di TV. Mereka memang tidak mencari cara agar menjadi orang yang disukai, tapi mereka melawak setiap waktu. Dengan belagak menjadi pahlawan bagi rakyat, dengan berdebat mengenai sesuatu yang sudah menjadi rahasia publik dan dengan tenang merampok uang rakyat meskipun telah menjalani kehidupan di belakang jeruji besi selama beberapa tahun atau beberapa bulan.


Melawak untuk mengurangi stress kerja, asyeeek ...


Apalagi yang selalu tampil perlente, berpeci. Oke, tidak semuanya begitu. Tapi karena negeri ini tetap statis dan adem-adem ayem dan tidak pernah menggantung para maling yang tidak pernah jera, maka bisa kita bilang semuanya terlibat, semuanya masuk ke arena lawakan, karena tidak ada yang peduli. Menjadi orang yang disukai tidak perlu pamrin. Tidak perlu pamer. Tidak perlu berkoar-koar. Yang penting ikhlas. Tiada cara yang lebih indah daripada hidup mengikuti aturan yang benar dan tidak menganiaya orang lain.

Pelawak tidak bersalah dalam hal ini, lantas kenapa perlu di bawa-bawa? Nehi, bro. Kita tidak bicara seputar Tukul Arwana atau Komeng atau siapa pun dia yang membuat ente ketawa-ketawa sampai berlinangan air mata. Mereka para profesional. Mereka justru tidak lagi mencari cara agar menjadi orang yang disukai. Mungkin pula mereka bosan menjadi pusat perhatian.

Nah belajar dari sini, ente perlu belajar mengeja kata "neraka" sebelum menjadi "maling terhormat" di negeri ini. Asyeeeek ...